Beranda | Artikel
Kebahagiaan Orang Yang Berilmu
Senin, 18 Mei 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Kebahagiaan Orang Yang Berilmu adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada 27 Jumadal Awwal 1441 H / 23 Januari 2019 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Kebahagiaan Orang Yang Berilmu

Kita masih dalam pembahasan segi-segi keutamaan dan kemuliaan ilmu. Saat ini kita akan melanjutkan segi ke 16 dari keutamaan dan kemuliaan ilmu. Kegembiraan orang yang berilmu. Allah memerintahkan orang yang berilmu bergembira, berbangga dengan ilmu yang Allah anugerahkan kepada mereka. Menunjukkan ini adalah kemuliaan besar bagi orang-orang yang menuntut ilmu agama.

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada orang yang berilmu untuk bergembira dengan karunia ilmu yang Allah berikan kepada mereka. Bahkan Allah mengabarkan bahwa karunia ilmu ini lebih baik dari semua kesenangan dunia yang berlomba-lomba dikumpulkan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّـهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ ﴿٥٨﴾

Katakanlah (Ya Rasulullah kepada semua manusia): ‘Dengan karunia dan rahmat Allah, dengan itulah hendaknya mereka (yakni orang-orang yang beriman, orang-orang yang memahami agama) merasa bangga/gembira/kesenangan. Karena itu lebih baik daripada kesenangan dunia yang dikumpulkan oleh manusia.’” (QS. Yunus[10]: 58)

Ini kemuliaan yang besar. Allah ingatkan orang-orang yang berilmu bahwa mereka punya kesenangan yang mereka pantas jadikan sebagai kegembiraan terbesar, mereka banggakan. Karena itu lebih mulia dari pada kesenangan dunia yang berlomba-lomba dikumpulkan oleh manusia.

Kata Ibnul Qayyim di sini bahwa para ulama ahli tafsir menafsirkan “karunia Allah” di dalam ayat ini artinya adalah iman, dan “rahmat Allah” artinya adalah Al-Qur’an. Keduanya (Iman dan Al-Qur’an) adaah ilmu yang bermanfaat dan amalan shalih. Dan keduanya adalah petunjuk dan agama yang hak yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang keduanya adalah ilmu yang paling utama dan amal shalih yang paling mulia.

Subhanallah.. Ini jelas menunjukkan keutamaan kemuliaan orang yang berilmu. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kebanggan dan kesenangan atau kegembiraan mereka. Dengan ilmu itu hendaknya mencukupi karena lebih mulia dari apa yang berlomba-lomba dikumpulkan oleh manusia dari kesenangan-kesenangan dunia, kesenangan-kesenangan dalam urusan materi duniawi.

Makanya ini jelas menunjukkan keutamaan orang yang berilmu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan mereka untuk merasa bangga, merasa gembira dan mulia dengan karunia ilmu yang Allah ajarkan kepada mereka.

Segi ke-17: Hikmah adalah Ilmu

Hikmah yang merupakan tanda kebaikan yang Allah berikan kepada manusia. Yang barangsiapa diberikan ini berarti Allah menganugerahkan kepadanya kebaikan yang banyak. Ternyata itu maknanya adalah ilmu, berdasarkan penafsiran para ulama.

Allah Subhanahu wa Ta’ala -diterangkan di sini oleh Imam Ibnu Qayyim Rahimahullahu Ta’ala- mempersaksikan bagi orang yang telah Allah karuniakan kepadanya pemahaman ilmu agama, yakni berarti Allah sungguh telah memberikan kepadanya kebaikan yang berlimpah. Subhanallah..

Siapa yang dipahamkan urusan agamanya, berarti Allah berikan padanya kebaikan yang berlimpah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿٢٦٩﴾

Allah memberikan hikmah  (pemahaman agama yang benar) kepada siapa yang dikehendakinya dan barangsiapa yang dikaruniakan kepadanya al-hikmah, maka berarti Allah telah melimpahkan kepadanya kebaikan yang berlimpah.” (QS. Al-Baqarah[2]: 269)

Ini jelas menunjukkan kepada kita, bahwa orang yang mendapatkan al-hikmah, maka berarti mendapatkan kebaikan yang banyak dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ibnu Qutaibah Ad-Dinawari dan jumhur ulama ahli tafsir menafsirkan ayat ini, mereka berkata bahwa “hikmah” adalah tepat pada kebenaran. Jadi “hikmah” itu diambil dari kata-kata asalnya maka maknanya adalah meletakkan sesuatu tepat pada tempatnya secara persisi. Dan ini tidak mungkin kecuali dengan ilmu, dengan pemahaman yang benar terhadap agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jadi kata jumhur ulama, “Al-hikmah” adalah menepati kebenaran kemudian mengamalkannya. Jadi kembalinya adalah kepada ilmu yang bermanfaat dan amalan shalih. Sekali lagi, ini menunjukkan keutamaan dan kemuliaan ilmu, orang yang mempelajarinya berarti telah dianugerahkan kepadanya hikmah yang itu merupakan tanda Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki kebaikan yang banyak bagi hamba tersebut.

Tentu saja ini juga didukung dalilnya dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim:

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan, maka Allah akan berikan taufik kepadanya untuk memahami urusan agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Segi ke-18: Ilmu nikmat yang paling agung

Nikmat yang paling agung yang Allah berikan kepada manusia di antaranya adalah ilmu. Ini adalah nikmat besar. Yang berarti karunia yang Allah turunkan kepada manusia dengan memahami agama adalah termasuk karunia Allah yang terbesar yang Allah berikan kepada hamba-hambaNya.

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata bahwa di dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala menghitung nikmat-nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan tentu ketika diberikan kepada hamba Allah yang mulia, berarti itu pasti adalah kenikmatan-kenikmatan dan kebaikan-kebaikan besar yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada beliau. Tidak mungkin Allah berikan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam apalagi dalam bentuk pujian di dalam Al-Qur’an kecuali pasti kebaikan.

Ketika Allahmenghitung-hitung karuniaNya kepada RasulNya ini, Allah jadikan di situ termasuk kenikmatannya yang paling besar yang Allah limpahkan kepada RasulNya adalah dengan Allah menganugerahkan kepadanya Al-Qur’an dan sunnah yang merupakan sumber ilmu, sumber pemahaman yang benar. Berarti ilmu termasuk sebesar-besar karunia yang Allah turunkan kepada manusia.

Allah jadikan termasuk sebesar-besar nikmat yaitu dengan menganugerahkan dan mengajarkan kepada Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ilmu yang sebelumnya beliau tidak ketahui .

وَأَنزَلَ اللَّـهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَكَ مَا لَمْ تَكُن تَعْلَمُ ۚ وَكَانَ فَضْلُ اللَّـهِ عَلَيْكَ عَظِيمًا ﴿١١٣﴾

Dan Allah menurunkan kepadamu (wahai Rasulullah) Al-Qur’an dan Al-Hikmah (sunnah/hadits-hadits), serta Allah mengajarkan kepadamu ilmu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dan sungguh karunia yang Allah berikan kepadamu adalah karunia yang sangat agung.” (QS. An-Nisa[4]: 113)

MasyaAllah.. Allah menyebutkan di sini nikmat yang terbesar yang Allah turunkan kepada manusia adalah dengan diturunkannya sumber ilmu yang benar dan sebaik-baik sumber petunjuk. Yaitu Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam serta ilmu yang Allah ajarkan kepada RasulNya yang sebelunya tidak beliau ketahui. Ini juga menunjukkan keutamaan dan kemuliaan ilmu yang sangat agung dan sangat besar.

Segi ke-19: Nikmat ilmu mewajibkan kita untuk mensyukurinya

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan hamba-hambaNya yang beriman tentang nikmat ilmu, nikmat pengetahuan yang Allah ajarkan kepada kepada mereka untuk mengenal iman, mengenal kebaikan petunjuk Allah. Dan Allah perintahkan hamba-hambaNya untuk mensyukuri nikmat yang besar ini. Dan Allah perintahkan orang-orang yang Allah beriman untuk mensyukuri Allah atas limpahan nikmat ini kepada mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِّنكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ ﴿١٥١﴾ فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ ﴿١٥٢﴾

Sebagaimana Kami mengutus kepada kalian wahai orang-orang yang beriman seorang Rasul dari kalanganmu sendiri yang kemudian Rasul ini membacakan kepadamu ayat-ayat Kami, membersihkan kotoran penyakit hati kalian serta mengajarkan kepada kalian Al-Kitab dan Hikmah, megajarkan ilmu dalam Al-Qur’an dan sunnah. Serta mengajarkan kepadamu hal-hal yang kalian belum ketahui. Maka oleh karena itu ingatlah berdzikirlah selalu kepadaKu, maka aku akan mengingatmu. Dan bersyukurlah kepadaku serta janganlah kalian menjadi kufur.” (QS. Al-Baqarah[2]: 151-152)

Setelah Allah menyebutkan tentang nikmat yang terbesar, yaitu diutusnya Rasul dengan membawa sebaik-baiknya petunjuk yang isinya adalah pengetahuan tentang iman, dengan Allah mengajarkan kepada kaum mukminin petunjuk yang dibawa oleh Rasul ini (yaitu Al-Qur’an dan hadits-hadits beliau) serta mengajarkan apa yang tadinya kita tidak ketahui. Setelah itu Allah perintahkan untuk kita selalu berdzikir mengingatNya dan mensyukuri nikmatNya. Tentu nikmat yang terbesar adalah nikmat yang Allah sebutkan di ayat ini.

Oleh karena itu, ini jelas keutamaan dan kemuliaan ilmu yang sangat tinggi. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan ini sebagai sebesar-besar karunia yang Allah turunkan kepada RasulNya, kemudian kita diingatkan untuk selalu mengingat nikmat tersebut, berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika mengingat nikmat tadi, serta selalu berusaha untuk mensyukurinya.

Simak pada menit ke-15:45

Download MP3 Kajian Tentang Kebahagiaan Orang Yang Berilmu


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48449-kebahagiaan-orang-yang-berilmu/